3N005 - Graphic Design is Mental, Pentingnya Kesehatan Mental Bagi Kreativitas

Hayo ngaku, siapa desainer grafis jalur google alias otodidak di sini? Nah, pasti penasaran donk yah. Kalau seandainya belajarnya dengan jalur resmi, alias kuliah DKV (Desain Komunikasi Visual), kira-kira kita bakal belajar apa aja ya disana? Yuk mari kita simak kupas tuntas mengenai apa aja yang dipelajari dan dilakukan oleh mahasiswa DeKaVe di perkuliahan.

Lembur sampai nginap di kantor, kerja 18 jam sehari, revisi yang ke-10 kali, konsep ide belum ada yang di approve, deadline tinggal 1 minggu, hasil printing bermasalah, anggota tim resign, lupa makan hingga sakit maag 😂. Yap, pasti udah gak asing lagi ya dengan segala "kerusuhan" yang sering kita temui sebagai seorang desainer grafis. Jadi, apa sih sebenernya yang buat kita masih bertahan di bidang ini? Tanyakan ke diri kamu juga donk, apa yang buat kamu masih bertahan jadi desainer grafis?

Kreativitas dan kesehatan mental adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kesehatan mental merupakan kompas yang mempengaruhi hampir segala aspek hidup seseorang terutama daya berpikir dan menciptakan karya-karya inovatif. Tapi, tak dapat dipungkiri, desain grafis merupakan bidang yang sangat kompetitif dan penuh dengan berbagai tantangan yang menguras energi dan pikiran. Lantas bagaimana dampaknya ketika mental kita "kehilangan arah"? dan bagaimana menjaga kondisi mental kita agar tetap stabil sebagai seorang pelaku kreatif?

Kamu pasti pernah donk denger istilah "first impression lasts forever". Yup, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa kesan pertama kita mengenai seseorang akan menjadi fondasi bagi karakteristik tertentu orang tersebut di dalam pikiran kita. Salah satu hal yang mempengaruhi kesan pertama ini adalah dari cara kita berpakaian, khususnya saat kita menemui orang-orang baru atau berinteraksi di lingkungan yang baru, dan ini juga berlaku saat kita online meeting loh! Walaupun online meeting dengan klien, penampilan tetap perlu diperhatikan.

Ibarat kita buka usaha baru nih, tapi gak pernah ada grand opening, gak pernah dikasih tau ke tetangga, gak pernah info ke temen, gak pernah ada promosi, gimana donk usaha kita bisa untung? Hal yang sama juga berlaku untuk skill desain grafis yang kita miliki. Pengembangan skill memang penting, tapi harus diiringi dengan pengembangan personal branding yang tepat. Agar kita semakin mudah terkoneksi dengan klien yang project yang sesuai dengan harapan kita.

Project menggiurkan dengan budget yang oke tapi deadlinenya superrr mepet! Mungkin sebagian dari kalian juga pernah mengalami hal ini (atau akan segera mengalami hal ini). Dan parahnya lagi, di saat-saat seperti ini, seringkali inspirasi kita menghilang begitu saja. Ide campaign dan design stuck, konsep yang kita miliki juga tampaknya tidak efektif. Lalu gimana donk kalau udah seperti ini?

Wah, gak terasa yah, udah nyaris 8 bulan semenjak PSBB pertama diterapkan di Indonesia. Para desainer grafis yang dulunya pagi-pagi sudah stand by di kantor, kalau mau diskusi tinggal noleh ke sebelah atau panggil orangnya, mau diskusi feedback desain bisa spontan on-the-spot, sekarang harus menyesuaikan dengan cara baru. Work From Home (WFH) dengan memanfaatkan segala tools online yang tersedia. Pandemi seolah-olah menjadi pedang bermata dua bagi para pekerja kreatif saat ini. Disatu sisi banyak pekerja kreatif yang merasa makin produktif. Disisi lain banyak pula yang mengeluhkan segala keterbatasan yang harus dihadapi karena tidak bisa saling bertatap muka.

NGIbah NGUlik NGEDesain bersama dengan Erlinda dan Kartini, membahas berbagai topik seputas desain grafis, mulai dari inspirasi, karya, tips dan trik hingga berbagai hal yang sedang happening di dunia desain grafis.